Kita
Berbohong, pasti dosakah ??
Berbohong
adalah sebuah perbuatan yang sangat tercela, dan kita selaku manusia normal
tentu saja tidak menyukai perilaku yang satu ini, dan sudah banyak sekali
dalil-dalil yang melarang sekaligus mencela sifat bohong dan dusta. Selaku
orang muslim sudah seharusnya menjauhi perbuatan tersebut dan senantiasa
bersikap jujur dalam segala hal seperti yang telah diajarkan Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari. Masih ingat
kenapa Rasulullah SAW mendapat gelar “ Al Amin”?
Rasulullah
SAW bersabda dalam hadistnya:
“Tanda
orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia
berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan
amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”.(Hadist Riwayat Bukhari dan
Muslim).
Namun
pada kondisi tertentu, adakalanya berbohong itu dibolehkan dan bahkan
diwajibkan untuk melakukannya.
- Berbohong untuk mendamaikan antar sesama manusia
Seperti
yang telah Rasulullah SAW sabdakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari
Ummi Kultsum binti Uqbah:
“Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk
mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan
kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya adalah berbohong untuk mendamaikan kedua
kubu yang sedang berseteru. Sebagai contoh: si A sedang berseteru dengan si B,
kemudian datang si C yang mengetahui tentang permasalahan tersebut, dan si C
mengatakan (dengan bohong) kepada A tentang B, yang membuat A ridha dan mau
memaafkan kesalahan B, dan sebaliknya. Semua itu C lakukan demi mendamaikan perseteruan
tersebut.
Riwayat lainnya:
“Belum pernah aku dengar, kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk
diucapkan manusia selain dalam 3 hal: Ketika perang, dalam rangka mendamaikan
antar-sesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada
suaminya (jika untuk kebaikan).” (HR. Muslim)
Dalam hadist lain yang diriwayatkan dari ‘Asma binti
Yazid:
Dari
Asma’ binti Yazid dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada
istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk
mendamaikan diantara manusia”.
Dari keterangan hadist tersebut maka dapat disimpulkan
tentang kebohongan yang diperbolehkan, dan kita bahas untuk selanjutnya;
- Bohongnya suami untuk mendapatkan ridho istri.
Yang dimaksud adalah bohongnya suami untuk menampakkan
rasa cinta dan kasih kepada istrinya, memuji-muji kecantikan istri, gombal dan
lainnya yang bertujuan demi lestarinya kerukunan dan keharmonisan dalam rumah
tangga. Sehingga sang istripun merasa senang dan tersipu malu dan tenang saat
bersama dengan suami. Akhirnya terjalin keluarga yang harmonis dan penuh canda
tawa antar suami-istri.
Namun yang harus diperhatikan disini adalah larangnya
bohong yang bisa meninggalkan kewajiban, mengambil hak istri ataupun sang suami
tidak bertanggungjawab terhadap istrinya. Maka yang seperti ini sangat
dilarang.
“Ulama sepakat bahwa yang dimaksud bohong
antar-suami istri adalah bohong yang tidak menggugurkan kewajiban atau
mengambil sesuatu yang bukan haknya.” (Fathul Bari, 5:300)
- Bohong dalam peperangan
Contohnya adalah berbohong dalam bersiasat atau membuat strategi perang
dengan berpura-pura menunjukkan kekuatan perang yang lebih besar dst. Namun berbohong
untuk mengingkari sebuah perjanjian perang tidak diperbolehkan.
- Berbohong untuk mempertahankan keimanan (Qoulul Ikrah)
Aqidah adalah pondasi keislaman kita, salah satunya adalah dengan beriman
kepada Allah SWT, dst. Selaku hamba yang takut akan azab neraka, selayaknya
kita senantiasa menjaga aqidah atau keimanan tersebut hingga kita meninggal
dalam keadaan husnul khatimah. Amin
Akan tetapi dalam situasi tertentu keimanan tidak terlepas dari ujian yang
sangat berat. Seseorang dalam keadaan terdesak yang bisa membahayakan dirinya,
dibolehkan baginya berbohong untuk berucap kufur dengan ketenangan hati (lisan berucap, hati tetap beriman)
Contoh
: kisah yang menimpa Ammar Yassir yang terpaksa mengaku kembali menyembah
berhala saat dia disiksa dan selepas melihat ibunya Sumayyah dan bapaknya, mati
ditikam Abu Jahal karena mempertahankan akidah. Rasulullah SAW ketika ditanya
mengenai kedudukan Ammar selepas itu, menyatakan bahwa Ammar tetap terpelihara
akidahnya karena dia dipaksa berbuat begitu dan hal itu di luar keinginan
hatinya.
Kesimpulan dari uraian diatas:
- Pada hakikatnya berbohong dan berdusta adalah perbuatan yang buruk, tercela dan berdosa dan sangat dibenci oleh Allah SWT dan RasulNYA SAW.
- Namun dalam situasi tertentu bohong itu dibolehkan dengan melihat niat dari pelakunya, bahkan malah menjadi wajib. Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar