Minggu, 28 Februari 2016

Akhlak


Kita Berbohong, pasti dosakah ??

Berbohong adalah sebuah perbuatan yang sangat tercela, dan kita selaku manusia normal tentu saja tidak menyukai perilaku yang satu ini, dan sudah banyak sekali dalil-dalil yang melarang sekaligus mencela sifat bohong dan dusta. Selaku orang muslim sudah seharusnya menjauhi perbuatan tersebut dan senantiasa bersikap jujur dalam segala hal seperti yang telah diajarkan Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari. Masih ingat kenapa Rasulullah SAW mendapat gelar “ Al Amin”?

Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya:
Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”.(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

Namun pada kondisi tertentu, adakalanya berbohong itu dibolehkan dan bahkan diwajibkan untuk melakukannya. 
  •  Berbohong untuk mendamaikan antar sesama manusia


Seperti yang telah Rasulullah SAW sabdakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Ummi Kultsum binti Uqbah:
“Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya adalah berbohong untuk mendamaikan kedua kubu yang sedang berseteru. Sebagai contoh: si A sedang berseteru dengan si B, kemudian datang si C yang mengetahui tentang permasalahan tersebut, dan si C mengatakan (dengan bohong) kepada A tentang B, yang membuat A ridha dan mau memaafkan kesalahan B, dan sebaliknya. Semua itu C lakukan demi mendamaikan perseteruan tersebut.

Riwayat lainnya:
Belum pernah aku dengar, kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk diucapkan manusia selain dalam 3 hal: Ketika perang, dalam rangka mendamaikan antar-sesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada suaminya (jika untuk kebaikan).” (HR. Muslim)

Dalam hadist lain yang diriwayatkan dari ‘Asma binti Yazid:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara manusia”.

Dari keterangan hadist tersebut maka dapat disimpulkan tentang kebohongan yang diperbolehkan, dan kita bahas untuk selanjutnya;
  •  Bohongnya suami untuk mendapatkan ridho istri.


Yang dimaksud adalah bohongnya suami untuk menampakkan rasa cinta dan kasih kepada istrinya, memuji-muji kecantikan istri, gombal dan lainnya yang bertujuan demi lestarinya kerukunan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Sehingga sang istripun merasa senang dan tersipu malu dan tenang saat bersama dengan suami. Akhirnya terjalin keluarga yang harmonis dan penuh canda tawa antar suami-istri.

Namun yang harus diperhatikan disini adalah larangnya bohong yang bisa meninggalkan kewajiban, mengambil hak istri ataupun sang suami tidak bertanggungjawab terhadap istrinya. Maka yang seperti ini sangat dilarang.

Ulama sepakat bahwa yang dimaksud bohong antar-suami istri adalah bohong yang tidak menggugurkan kewajiban atau mengambil sesuatu yang bukan haknya.” (Fathul Bari, 5:300)
  •  Bohong dalam peperangan


Contohnya adalah berbohong dalam bersiasat atau membuat strategi perang dengan berpura-pura menunjukkan kekuatan perang yang lebih besar dst. Namun berbohong untuk mengingkari sebuah perjanjian perang tidak diperbolehkan.
  •  Berbohong untuk mempertahankan keimanan (Qoulul Ikrah)


Aqidah adalah pondasi keislaman kita, salah satunya adalah dengan beriman kepada Allah SWT, dst. Selaku hamba yang takut akan azab neraka, selayaknya kita senantiasa menjaga aqidah atau keimanan tersebut hingga kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Amin

Akan tetapi dalam situasi tertentu keimanan tidak terlepas dari ujian yang sangat berat. Seseorang dalam keadaan terdesak yang bisa membahayakan dirinya, dibolehkan baginya berbohong untuk berucap kufur dengan ketenangan hati (lisan berucap, hati tetap beriman)

Contoh : kisah yang menimpa Ammar Yassir yang terpaksa mengaku kembali menyembah berhala saat dia disiksa dan selepas melihat ibunya Sumayyah dan bapaknya, mati ditikam Abu Jahal karena mempertahankan akidah. Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai kedudukan Ammar selepas itu, menyatakan bahwa Ammar tetap terpelihara akidahnya karena dia dipaksa berbuat begitu dan hal itu di luar keinginan hatinya.

Kesimpulan dari uraian diatas:

  • Pada hakikatnya berbohong dan berdusta adalah perbuatan yang buruk, tercela dan berdosa dan sangat dibenci oleh Allah SWT dan RasulNYA SAW.
  • Namun dalam situasi tertentu bohong itu dibolehkan dengan melihat niat dari pelakunya, bahkan malah menjadi wajib. Wallahua’lam

Keimanan

Bagaimana Atheis bisa yakin akan Tuhan ??


Orang atheis adalah orang-orang  yang tidak percaya akan eksistensi Tuhan di bumi ini, disebabkan :
1.Teori big bang menyebutkan bahwasannya alam semesta terjadi karena dentuman/ledakan besar,bukan diciptakan Tuhan
2.Materi itu kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Bukan Tuhan yang menciptakan materi.Berarti Tuhan tidak ada
3.Empirisme adalah teori bahwa sesuatu yang ada adalah sesuatu yang tampak. Tuhan tidak tampak = Tuhan tidak ada
Itu sekelumit ajaran2 orang atheisme

Suatu hari seorang atheis berdialog dengan orang theis(muslim) dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam yang telah dipaparkan diatas :

Atheis : Bukankah Big bang berkata bahwa Alam semesta terjadi karena dentuman yang sangat besar kemudian terciptalah alam.
Muslim : Itu kan hanya teori dia, dan sangat wajar jika teori yang tidak valid akan tergantikan dengan teori yang lebih valid.Kita sama2 fhilosofer seharusnya berpikir sehat sesuai dengan epistemologi sebuah ilmu.Sekarang coba anda pikir, mungkinkah jika sebuah besi,kabel dll anda masukkan dalam kardus lalu anda ledakan tiba2 jadi komputer??  Begitu juga dengan alam,tidak mungkin tiba2 jadi alam semesta. Allah telah memproses sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan yang luar biasa di alam semesta ini bahkan jika keseimbangan itu bergeser akan menimbulkan kerusakan (sebut saja global warming).
Atheis: gini aja wes, menurut jenengan Tuhan maha perkasa gak ?? pasti jenengan jawab iya., bisa gak Dia menciptakan batu yang lebih besar daripada tubuhnya. kalo bisa berarti Dia tertindih dong!!.
Muslim: Realitas itu ada empiris ada non empiris. Ada yang kasat mata dan tidak kasat mata.Jika jenengan bicara empiris maka jenengan boleh berbicara ruang, massa dan waktu. Jenengan boleh bicara seberapa besar manusia, seberapa besar rumah manusia karena itu kasat mata. Tapi jika bicara perkara Tuhan, Dia adalah dzat yang kasat mata. Dia adalah dzat yang non empiris. Maka anda tidak boleh memasukkan variable massa, ruang dan waktu. Itu sudah menyalahi logika kebenaran.
Atheis : Anda percaya nggak jika Surga neraka itu ada ??  pastinya anda percaya. Anda percaya nggak jika Allah Maha luar biasa dan kuasanya di luar kuasa segalaya. Jika memang Tuhan itu ada .. mana bukti surga dan neraka..?? jika memang Tuhan ada, kok Dia tidak marah ke saya padahal saya tidak percaya Tuhan.
Muslim : Lagi2 anda memasukkan dimensi non empiris kedalam dunia empiris. Sama halnya anda memasukkan udara kosong ke dalam air. Sungguh sesuatu yang diluar akal sehat.Saya berpikir kebalikan seperti anda.Justru kenapa Allah tidak menunjukkan kuasanya langsung krna Allah itu luar biasa.Dia tahu betul dy menciptakan kita dengan akal dan perasaan.akal untuk mencari bukti2 kebenaran dan hati untuk meyakini kebenaran.Bukti2 kuasa Allah dengan adanya surga neraka adalah panas nya api, sakit nya kecelakaan dan sebagainya. Allah menanamkan ketakutan pada hati kita. Dan hati kita diwajibkan untuk menyeimbangi akal kita dengan cara membenarkan hal2 itu. 

Atheis : baru kali ini saya tidak dihujat ketika diskusi dengan orag islam. Anda berbeda, anda mampu meyakinkan saya bahwa Tuhan memang ada. Syukurlah saya percaya Tuhan ada. Dan saya mau belajar islam dari jenengan.
Muslim : La iqro hafidzin,.. Islam itu tidak memaksa, tapi inilah rahmatan lil alamin.

Poligami

PRAKTIK POLIGAMI, bagaimanakah ??


Poligami telah dipraktikkan di berbagai budaya dan masnyarakat selama ribnuan tahun. Banyak penguasa kuno memiliki ratusan istri dan selir, yang mereka ambil atau lepaskan dengan bebas sesuai keinginan mereka. Tidak ada masyarakat kuno yang membatasi praktik ini, baik dalam jumlah istri atau cara memperlakukan mereka. 
Islam menerapkan pembatasan ketat terhadap praktik menikahi lebih dari satu istri, tidak melarang tidak juga menganjurkan. Ketentuan legal ini harus dipahami dalam konteks sikap Islam terhadap beberapa masalah penting. Pertama, Islam adalah agama bagi semua budaya dan zaman, dan dengan demikian harus mempertimbangkan semua kemungkinan. Hukum harus mengamodasi semua kondisi individual dan sosial yang mungkin. Juga, Islam melarang keras hubungan di luar nikah, dan mendorong semua pria dan wanita untuk menikah.
Al-Qur’an menunjukkan bahwasannya dalam keadaan tertentu, seorang pria Muslim boleh menikahi lebih dari satu orang wanita. Ketentuan ini dibatasi dengan syarat adil dalam maslah keuangan, jasmani, dan emosional. Seorang wanita yang terlibat dalam perkawinan semacam itu harus memberikan persetujuannya; iamerupakan pilihan bebas bagi semua pihak.
Meskipun poligami dalam beberapa kasus disalahgunakan, praktik itu bisa sangat bermanfaat dalam keadaan tertentu. Contoh paling jelas dari ini ialah di masa perang, ketika banyak janda dan anak yatim ditinggal mati tanpa dukungan, perlindungan, dan teman. Dalam konteks inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengijinkan menikahi lebih dari satu istri diwahyukan :
2. Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.
3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265], maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. 

Mencermati ayat-ayat ini, sejumlah fakta terlihat nyata :
Praktik ini bukan keharusan atau perintah, melainkan sekadar diijinkan dalam keadaan tertentu.
Praktik ini tidak ada hubungannya dengan nafsu dan asmara, melainkan didasarkan pada rasa belas kasihan terhadap janda dan anak yatim. Masalah ini terlihat jelas dari suasana dimana ayat-ayat ini diturunkan.
Bahkan dalam situasi semacam itu, ijin tersebut merupakan pembatasan dari praktik yang lazim waktu itu jumlah istri tak terbatas dan tanpa batas.
Berlaku adil terhadap para istri merupakan syarat dan kewajiban. Ini berlaku untuk pemberian perumahan, pangan, dan perlakuan baik tanpa diskriminasi.
Jika seorang suami ragu bahwa dia dapat berlaku adil di antara lebih dari satu istri, dia diseyogyakan untuk menikah dengan satu istri saja.
Ijin ini konsisten dengan pandangan realitas Islam tentang berbagai kebuutuhan sosial, problem, dan ragam budaya di sepanjang zaman dan di semua tempat. Islam hanya mengatur praktik yang sudah lama berjalan untuuk menjamin hak dan status yang sama bagi semua pihak yang berkepentingan. Di dunia sekarang ini, poligami bukan praktik yang umum di kalangan umat Islam. Al-Qur’an memperingatkan bahwasannya, kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian (QS. 4: 129). Berdasarkan ayat tersebut, banyak umat Islam yang percaya bahwaa monogami ditekankan, dan pria diperingatkan tentang akibat yang mungkin dari pilihan mereka.


[265]. Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[266]. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

Karunia Allah

PENGETAHUAN DAN KEHENDAK BEBAS


Allah menciptakan manusi untuk menjadi “khalifah” atau “penguasa” di muka bumi. Untuk memenuhi peran ini, manusia membutuhkan pengetahuan, maka hal utama yang dilakukan Tuhan setelah menciptakan Adam adalah mengajari dia “nama-nama” semua benda-benda untuk mengajarinya tentang dunia. Manusia dianugerahi penalaran dan pikiran yang cerdas, dan anugerah ini hanya dimiliki oleh manusia diantara semua makhluk di muka bumi ini.
Tuhan juga menciptakan manusia dengan pengetahuan sadar tentang yang benar dan yang salah dan  mereka diberi kebebasan untuk memilih sesuai sunnatullah2 yang akan mereka jalankan. Pada saat Adam diciptakan, Al-Qur’an menjelaskan bahwasannya malaikat cemas akan kerusakan yang akan diperbuat oleh makhluk yang baru ini : 
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]." 
(Qs. 2:30-32)
[35]. Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim

Perintah Allah

SHALAT 5 WAKTU


Shalat merupakan salah satu bentuk ibadah yang paling utama bagi umat Islam, dan merupakan salah satu cara untuk hubungan langsung kepada Tuhan (dilakukan tanpa perantara siapapun dan apapun). Shalat merupakan salah satu waktu dimana umat Islam berterimakasih kepada Tuhannya atas segala nikmat yang telah Ia berikan pada hamba-Nya dan meminta ampunan, bimbingan dan perlindungan-Nya. Shalat merupakan bentuk latihan fisik dan spiritual yangmana terdiri atas rangkaian gerakan dan bacaan. Tiap gerakan dalam sholat mengungkapkan pujian, penghormatan, dan kepasrahan kepada-Nya. Sholat 5 waktu itu mengikuti pola dasar.
Perumpamaan rasul tentang sholat : “seperti sebuah sungai tempat orang mandi 5 kali sehari. Apakah debu akan menempel pada orang itu ?”. dengan demikian, Allah membersihkan semua dosa dengan shalat kita.

Mengapa shalat ???
Allah perintahkan kita sholat bukanlah hanya sebagai rutinitas dalam melakukakan ritual belaka, namun ada maksud tersendiri di dalam perintah shalat itu yakni untuk mengingat tujuan hidup (tujuan diciptakannya manusia ke muka bumi) dan untuk menegaskan kembali keimanan kita pada-Nya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat 29:45; 20:14; 3:191. Setelah shalat, umat Islam kembali melakukan aktivitas-aktivitas ataupun menyibukkan diri dengan urusan duniawiannya dengan catatan masih bisa menjaga diri dari nafsu-nafsu yang menyebabkan kita dosa. Shalat berjamaah hanyalah untuk simbol persaudaraan umat yang setara,dan yang terpenting adalah shalat itu merupakan waktu kita untuk berhubungan langsung dengan Tuhan.

Jihad


Jihad, apa artinya ???

Kata jihad berasal dari akar kata bahasa arab ja-ha-da, yang berarti berjuang atau berusaha keras. Kata lain yang berasal dari akar kata ini a.l : usaha, susah payah, kerja. Makna dasar jihad adalah berjuang untuk mengamalkan keimanan seseorang di tengah rintangan – rintangan. Perlu dipertegas bahwasannya, terjemahan “jihad” sebagai “perang suci” itu sangatlah tidak tepat. Dalam bahasa arab, orang akan menerjemahkan “perang suci” sebagai harbun muqaddasatu, sebuah istilah yang tidak ditemukan dalam Al-Qur’an atau dalam literatur Islam lainnya.
Jihad dalam Al-Qur’an 
kata ”jihad” muncul beberapa kali dalam Al-Qur’an, dimana ia digunakan untuk melukiskan usaha-usaha orang beriman untuk melawan tekanan dari orang lain untuk melepaskan keimanan mereka, dan untuk membela diri mereka dari para penindas. Salah satu contohnya, umat islam diseru untuk berjuang melawan kepalsuan dengan senjata Al-Qur’an: maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar. (QS. 25:52).
Dalam beberapa bagian, Al-Qur’an mengggunakan bentuk lain dari akar kata ja-ha-da untuk  melukiskan usaha orang-orang non-muslim yang berusaha menentang kaum beriman. Sebagai contoh, Dan kami mewajibkan manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan suatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (QS. 29:8)
Jihad juga bisa berarti berjuang untuk melawan diri sendiri untuk menjaga hati, lidah, dan pikiran dari kejahatan. Mungkin, orang berjuang untuk melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan di masyarakat. Mungkin, orang berjuang dengan uang harta, untuk mendukung hal-hal yang baik. Sebagai jalan terakhir, orang mungkin berjuang di medan perang melawan pasukan musuh.
Jihad dalam Praktik
Selama masa hidup nabi Saw, umat islam berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menghadapi penyiksaan dan kekejaman orang-orang Makkah dan usaha mereka yang tak kenal henti untuk menghancurkan mereka, umat Islam mencari cara-cara alternatif untuk mempertahankan diri. Mereka hijrah ke Habasyah dan kemudian hijrah ke madinah, melakukan blokade ekonomi, dan membuat perjanjian damai dam membentuk persekutuan-persekutuan damai.
Ada saaatnya ketika umat islam terpaksa terlibat dalam peperangan. Dalam hal ini, ayat-ayat Alqur’an diwahyukan, yang memerintahkan mereka untuk berjuang keras: Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dzalim mereka membela diri. (QS. 42:39). Tanpa kecuali, umat islam awal berjuang dalam peperangan untuk membela diri melawan serangan atau pengkhianatan sekutu. 
Al-Qur’an berkali-kali menekankan pentingnya mama’afkan, termasuk terhadap musuh. Meskipun Islam secara umum berpegang pada ajaran kuno”mata dibalas mata”, pada penekanan, pada pentingnya mema’afkan. Ajaran tersebut dirangkum dalam ayat-ayat berikut : 
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS. 42:41-43).
Inilah praktik jihad dalam masyarakat muslim awal, dan ini tetap menjadi contoh yang harus diikuti oleh generasi – generasi Islam berikutnya. 
Umat Islam mengakui bahwa berjuang melawan diri sendiri-melkukan uapaya moral untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dan godaan kesombongan, kedengkian, atau egoisme sering  lebih berat daripada perang fisik. Menurut nabi saw, “jihad paling besar adalah berbicara benar di depan penguasa tiran”.

Masalah Kematian

BUNUH DIRI Vs MATI SYAHID

Mati Syahid
Bunuh Diri

Dalam Islam, orang yang membunuh orang secara dzalim itu termasuk dosa besar. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar (QS. 17:33). Istilah “alasan yang benar” merujuk pada keadilan kriminal, khususnya hukuman mati untuk kejahatan-kejahatan tertentu, seperti pembunuhan. Hukuman ini hanya boleh dijatukan oleh pengadilan. 
Al-Qur’an menegaskan kembali hukuman kuno bahwa membunuh satu orang seperti membunuh seluruh masyarakat, sementara menyelamatkan satu nyawa adalah seperti menyelamatkan seluruh masyarakat (QS. 5:32). Suatu pembunuhan harus dilakukan sesuai dengan hukum, dan dilaksanakan oleh penguasa yang sah. Tidak ada vigilantisme dalam Islam. 

Bunuh diri itu dosa
Sengaja bunuh diri itu jelas dosa. Biasanya orang melakukan bunuh diri karena putus asa, tanpa menyadari nilai pentingnya kehidupan mereka sendiri. Allah menganjurkan umat Islam untuk bersabar, berharap, dan percaya pada rahmat Allah, dan tidak putus asa/ kehilangan harapan. Pesan Al-Qur’an jelas: janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ,  sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu(QS. 4:29).
Menurut tradisi Islam, orang yang melakukan bunuh diri akan hidup di neraka sambil menyiksa sendiri dengan cara atau senjata yang dulu mereka gunakan untuk bunuh diri. Orang yang melompat dari bukit dan merasakan kesakitan kematian itu lagi dan lagi.

Mati syahid
Islam mengajarkan bahwa pengorbanan, keberanian, dan ketulusan akan diganjar oleh Allah di akhirat. Istilah Arab untuk martir adalah syahid, yang berarti “saksi”. Seorang syuhada’ menyaksikan kebenaran, dan rela menyerahkan nyawanya demi kebenaran, mati dengan keberanian dan heroisme; syuhada mungkin terbunuh saat membela umat Islam atau berpegang melawan tirani. Menurut satu hadist, nabi muhammad saw juga melukiskan golongan orang berikut ini sebagai syuhada:
Orang yang mati karena wabah
Orang yang mati karena tenggelam
Orang yang mati karena sakit perut.
Orang yang mati karena penyakit dalam
Orang yang tertimbun reruntuhan sampai mati ketika suatu bangunan ambruk.
Seorang wanita yang mati saat melahirkan.
Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa ada orang yang membunuh atas nama Islam, tapi masuk neraka. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab, “karena mereka tidak benar-benar berjuang deni Allah.” Untuk dapat dianggap sebagai syuhada, orang harus bertindak di dalam batasan hukum Islam dan punya niat yang ikhlas.

Rabu, 24 Februari 2016

Apa kata Allah SWT ???

Hamba bertanya, Tuhan menjawab !!



Hamba  : Kenapa saya selalu diuji ?
Allah     : (2). Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ? (3). Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS.Al-ankabut: 2-3).

Hamba : Kenapa saya tidak mendapatkan apa yang aku damba-dambakan ?
Allah    : Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-baqarah : 216)

Hamba : Kenapa ujian seberat ini ?
Allah    : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS.Al-baqarah : 286)

Hamba : aku frustasi . . . -_-
Allah    : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman . (QS. Al- imran : 139)

Hamba : Bagaimana saya harus menghadapi ini semua ?
Allah    : Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Al- imran : 200).

Hamba : Bagaimana yaa Allaah, saya harus menghadapinya ???
Allah    : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. (QS. Al-baqarah : 45) 

Hamba : Apa yang tlah aku dapat dari semua ini ?
Allah    : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (QS. At-taubah : 111)

Hamba : Kepada siapa saya harus berharap ?
Allah    : Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal  (QS. At-taubah : 129)

Hamba : saya tak tahan lagi yaa Allaah ...
Allah    : Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf : 87)Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS. An-nisaa’   : 86)



Allah memang Maha segalanya, maka Syukurilah segala nikmat yang telah Dia berikan pada kita karena Dia tak kan sia-sia dalam menciptakan kita di muka bumi ini. 


[327]. Penghormatan dalam Islam ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum.

Bagaimana cara kita bersyukur pada Allah ?




Menurut hadis riwayat Baihaqi dalam buku Hadits kelas 12 MA Program Keagamaan sebagaimana berikut yang artinya :
Dari Ali bin Abi Thalib R.A. berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mendapat nikmat maka hendaklah membaca alhamdulillah, barangsiapa yang diperlambat rizkinya maka hendaklah membaca Astaghfirullah, dan barangsiapa yang tertimpa suatu bencana maka hendaklah membaca laa haula walaa quwwata illaa billaah”.
Dari situ, penulis memahami bahwasannya dalam bersyukur itu sebenarnya tidak cukup hanya dengan ucapan memuji Allah, namun perlu pengaplikasian sebagai bentuk nyata dari bersyukur kita terhadap pemberianNya yakni dengan cara berbagi dengan sesama umat manusia lainnya. Karena bentuk pemberiannya tidak hanya sekedar materi saja, namun ada pemberian immateri juga seperti, waktu/kesempatan hidup di dunia, kesehatan, ketentraman,kenyamanan, dan lain sebagainya. Nah,  akhirnya kita perlu memahami bahwa ada hadis juga yang berisi nasihat yang mana hadis tersebut memaparkan bahwasannya kita dianjurkan bahkan diwajibkan untuk senantiasa menggunakan 5 kesempatan sebelum datangnya 5 kesempatan tersebut, diantaranya :
1.       Masa muda sebelum masa tua
2.       Masa sehat sebelum masa sakit
3.       Masa kaya sebelum masa miskin
4.       Masa luang sebelum masa sibuk
5.       Masa hidup sebelum masa mati
Nah, sekarang coba tanyakan pada diri pembaca “sudahkah saya mengamalkan hadis itu?”. Dari pertanyaan tersebut akan muncul pertanyaan lagi yaitu ; “jika sudah, apakah benar pengamalannya? Apakah sudah sesuai dengan maksud Allah dalam memberi nikmat-nikmat yang luar biasa itu?” , “jika belum, kenapa ? apakah karena ada faktor kepribadian malas pada diri yang akhirnya tidak mengamalkannya ? ataukah karena kurang paham bagaimana cara mengamalkannya dan tidak mau berusaha untuk mencari pemahaman tersebut sehingga tetap tidak bisa mengetahui dan memahami bagaimana cara mengamalkannya? Ataukah ada faktor lain lagi yang bisa menyebabkan diri tidak mengamalkannya?”. Nah, terlepas sudah paham atau belum,penulis ingin sharing soal tersebut dan bagi yang pengen tau silahkan baca penjelasan lebih lanjut, barangkali bisa dijadikan referensi dalam mencari kebenaran.
Menurut penulis, sebelum memahami bagaimana cara mengamalkan nasihat dari hadis tersebut, kita harus memahami dulu apa tujuan Allah menciptakan kita di bumi Allah sehingga kita bisa mudah untuk mengetaui bagaimana pengamalan yang sekiranya tepat untuk kita jalankan. Berikut adalah ayat-ayat Allah yang memaparkan mengenai tugas manusia diciptakan di bumiNya :
  • Q.S. 2:21 menjelaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk menyembah padaNya.
  • Q.S. 2:30 menjelaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk menjadi khalifah.
  •  QS. 2:138 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk mengimaniNya tanpa terbesit kemusyrikan.
  • QS. 6:165 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa-penguasa di muka bumi.
  • QS. 7: 129 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk khalifah di bumi Allah.
  •   QS. 11:7 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk taat dan patuh pada-Nya dengan cara berusaha dan beramal sholeh.
  • QS. 11:61 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk penguasa dan pemakmur dunia.
  • QS. 22:41 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
  • QS. 23:115 menjelaskan bahwa manusia diciptakan bukanlah dengan percuma .
  • QS. 24:55 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk berkuasa(pemimpin umat) di muka bumi.
  • QS. 27:62 menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk khalifah di bumi.
  • QS. 28:5 ; QS. 35:39 ;QS. 43:60 ; QS. 67:2 ; QS. 90:4 dst yang intinya sama – sama membahas tugas manusia diciptakan di bumi.

Dari sini bisa disimpulkan bahwasannya tugas manusia/misi utama penciptaan manusia di muka bumi ini adalah untuk taat dan patuh pada-Nya dengan cara menjadi khalifah fil ardh (pemimpin di muka bumi). Nah, caranya memanfaatkan 5 perkara (Masa muda sebelum masa tua; Masa sehat sebelum masa sakit; Masa kaya sebelum masa miskin; Masa luang sebelum masa sibuk; Masa hidup sebelum masa mati) yaitu dengan menjalankan sunnatullah2/jalan2 untuk memenuhi perintah-Nya. Contohnya, kita sekarang posisinya sedang menempuh pendidikan untuk menunjang karier misalkan .. nah, akhirnya bentuknya adalah dengan bersungguh2 belajarnya, menjaga kesehatan, menabung/ tidak hidup yang mewah2 artinya uang dikeluarkan bila memang bener2 ada keperluan untuk memenuhi biaya pendidikan dan biaya hidup .. namun, biaya hidup pun juga jangan yang berlebihan, menggunakan waktu luang untuk mengikuti/melaksanakan aktivitas2 yang menunjang karier, menggunakan hidupnya bukan untuk main2 di dunia belaka namun hidup dan matinya hanya digunakan untuk-Nya sebagaimana yang telah disebutkan di dalam firman-Nya diatas seperti untuk melaksanakan ibadah spiritual untuk mengembalikan misi penciptaan manusia di muka bumi .
Jadi, menurut penulis seperti itu teman – teman. Bila ada yang mau nambahi utawi nyanggah geh monggo .. ^_^